Sebagai tempat
berpijak, lantai menjadi satu bagian penting pada rumah. Di Indonesia, keramik
menjadi pilihan banyak orang karena cocok dengan iklim Indonesia, sehingga
dapat tahan lebih lama. Seringkali karena kurang diperhatikan prosesnya,
meyebabkan timbul masalah seperti nat yang berantakan, ubin retak maupun
terlepas dari dasarnya. Itu sebabnya proses pemasangan lantai harus dilakukan
dengan cermat dan rapih.
Pengerjaannya
dilakukan pada tahap akhir, ketika tidak ada lagi pekerjaan pemasangan atap
atau plafon. Hal tersebut untuk menghindari kerusakan pada lantai akibat pekerjaan
yang belum selesai. “untuk menjaga kualitas lantai menjadi tempat pijakan yang
mantap bagi konsumen, Metland melakukan beberapa langkah yang menjadi standar
pengerjaan” ungkap Ingewati S. Ikwandani, GM Quality and Cost Control PT.
Metropolitan Land Tbk.
Hal pertama
memastikan permukaan cor dasar lantai yang akan dipasang keramik dalam kondisi
bersih, cukup kering, dan rata air. Sebelum dipasang, keramik lantai direndam
dalam air agar keramik lebih mudah menyerap spesi dan mudah menempel saat
pemasangan. Agar hasilnya rapih, setiap jalur pemasangan ditarik dengan benang
dan rata air. Dipastikan pula adukan semen untuk pemasangan keramik selalu
penuh, baik permukaan dasar maupun di badan belakang keramik lantai yang
dipasang.
Perbandingan
adukan dan ketebalan yang rata-rata adalah, untuk lantai perbandingan antara
semen dan pasir 1:5 dengan ketebalan kira-kira 2-4 cm. lebar nat untuk lantai
maksimum 2mm dengan campuran pengisi na (tile
grout) semen atau bahan khusu yang ada di pasaran. Bagi area yang luas
diberi expansion joint.
Setelah dipasang
keramik dipaskan dengan cara diketuk menggunakan pemukul bahan karet atau kayu
agar tidak ada udara di balik keramik, sehingga lantai rapat dan padat. “setiap
langkah harus dilakukan dengan seksama agar hasilnya maksimal” pungkas Inge.
Sumber: Humanis Magazine by
Metland (edisi 6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar