Foto: Dok. RumahHokie.com
Memasuki pertengahan tahun 2017, iklim bisnis properti belum sesuai harapan. Sebab, hampir semua sektor mengalami tren melemah.
Dalam paparan singkat di hadapan media, Savills Indonesia mengurai sejumlah sektor bisnis yang kenyataannya mengalami penurunan. Bagaimana kondisi pasar saat ini, berikut ulasannya.
Menurut Anton Sitorus, Director of Research and Consultancy Savills Indonesia, secara global ekonomi Indonesia terkesan stagnan. Tidak memberikan dampak buruk dan sebaliknya. Tahun ini, Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,1%. Sedang inflasi hingga Juni 2017 hanya 4,37%.
“Artinya, dalam kondisi pasar normal, angka tersebut cenderung positif. Hanya saja untuk meningkatkan perekonomiannya dengan kondisi saat ini, target pertumbuhan yang diberikan Pemerintah belum maksimal,” kata Anton Sitorus, Rabu (26/7/2017).
Lebih lanjut Anton menegaskan, untuk mendongkrak iklim bisnis di Indonesia diperlukan angka lebih dari 6%. Dengan kondisi seperti ini, diprediksi perekonomian tanah air terutama di sektor properti akan kembali pulih di tahun 2019.
Dari analisanya terangkum, meski suku bunga yang ditawarkan sejumlah perbankan tergolong rendah sepanjang sejarah bisnis properti di Indonesia. Penyerapannya belum juga maksimal.
“Walau nilai tukar mata uang yang relatif stabil, pasar saham masih fluktiatif dan tergantung pada eksposur asing. Banyak investor asing menarik dananya di lantai bursa. Sehingga, indeks saham jadi agak menurun,” ujar Anton.
Menurutnya, dengan kondisi pasar seperti itu, iklim bisnis masih berharap pada penyelesaian infrastruktur yang akan mendorong aktivitas transaksi maupun investasi di semua sektor termasuk bisnis properti.
Penyelesaian Infrastrukur
“Untuk menggairahkan kembali daya beli masyarakat yang kini melemah. Adanya pemerataan infrastruktur juga diharapkan akan menghubungkan aksesibilitas ke wilayah-wilayah baru untuk mendongkrak perekonomian. Sehingga terciptanya sektor bisnis baru di wilayah tersebut,” terang Anton.
“Untuk menggairahkan kembali daya beli masyarakat yang kini melemah. Adanya pemerataan infrastruktur juga diharapkan akan menghubungkan aksesibilitas ke wilayah-wilayah baru untuk mendongkrak perekonomian. Sehingga terciptanya sektor bisnis baru di wilayah tersebut,” terang Anton.
“Paling tidak, adanya perbaikan infrastruktur menjadi faktor penolong di saat semua sektor dalam kondisi seperti ini. Sehingga, perkiraan pulihnya iklim bisnis tidak menunggu terlalu lama,” kupasnya.
Sumber: RumahHokie.com